KERANGKA KERJA KONSEPTUAL
US-GAAP , IFRS dan PSAK
Dosen Pengampu:
Nur Laila Yuliani, SE,
M.Sc
Disusun Oleh:
1.
Wulan
Nurhalimah ( 08.0102.0042 )
2.
Chuswatun
Chasanah ( 13.0102.0070 )
3.
Miftayati
Rita P ( 13.0102.0086 )
4.
I
Made Fernando T ( 13.0102.0103 )
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2014
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kerangka Kerja Konseptual adalah
sebuah konsep yang mendasari pelaporan keuangan. Kerangka tersebut merupakan
sistem yang saling menghubungkan konsep yang mengalir dari sebuah tujuan
pelaporan keuangan seperti mengidentifikasi batas-batas pelaporan keuangan,
memilih transaksi, peristiwa, bagaimana itu seharusnya diakui dan diukur, dan
bagaimana itu seharusnya disimpulkan dan dilaporkan.
Kerangka kerja konseptual dari
tingkat akuntansi, bertujuan untuk menyediakan struktur teori akuntansi. Pada
tingkat tertinggi yang teoritis, kerangka kerja konseptual menyatakan ruang
lingkup dan tujuan pelaporan keuangan.
Pada tingkat konseptual berikutnya
menyatakan mengidentifikasi dan mendefinisikan karakteristik kualitatif
informasi keuangan (seperti relevansi, keandalan, komparatif, dan dimengerti)
dan elemen dasar akuntansi (seperti aktiva, kewajiban, ekuitas, biaya
pendapatan, dan keuntungan). Di tingkat operasional yang lebih rendah, kerangka
kerja konseptual berkaitan dengan prinsip dan aturan pengakuan dan pengukuran
elemen dasar dan jenis informasi yang akan ditampilkan dalam laporan keuangan.
Kerangka kerja konseptual memberikan
adaptasi sistematik dalam standar akuntansi bagi lingkungan bisnis yang terus
berubah. FASB menggunakan kerangka kerja konseptual untuk membekali
perkembangan standar akuntansi yang baru secara terorganisasi dan konsisten.
Disamping itu, mempelajari kerangka kerja konseptual FASB akan memudahkan
seseorang untuk mengerti dan mengantisipasi standar masa depan. Kerangka kerja
konseptual menyebutkan tujuan dari pelaporan keuangan dan karakteristik dari
informasi akuntansi yang baik, mendefinisikan dengan tepat istilah-istilah yang
biasa digunakan seperti asset dan pendapatan serta menyediakan petunjuk untuk
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan keuangan yang tepat.
Dengan adanya Standard Akuntansi
Keuangan (SAK) yang baru, memberikan petunjuk-petunjuk dan aturan-aturan pelaporan
keuangan yang berbeda dari sebelumnya. Sehingga diperlukan adanya publikasi
kepada seluruh pelaku akuntansi di Indonesia agar menyesuaikan dengan peraturan
baru yang berlaku.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kerangka Kerja
Konseptual
Kerangka
kerja konseptual merupakan suatu sistem koheren yang serupa dengan konstitusi
yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan yang
menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat ,
fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan .
1. KERANGKA KERJA
KONSEPTUAL US GAAP
Kerangka konsepsual (conceptual
framework): suatu sistem logis dari tujuan-tujuan dan dasar-dasar yang saling
terkait yang dapat mengarah pada standar-standar konsisten dan yang menentukan
sifat, fungsi, dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan-laporan
keuangan.
Kerangka
kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang
menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat,
fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
a.
Tingkat Pertama
: Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan Pelaporan
keuangan (objectives of financial reporting) harus menyediakan informasi
mengenai :
1)
Informasi
yang berguna untuk keputusan kredit dan investasi. Berguna bagi mereka yang
memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas
bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit. Pada
intinya pelaporan keuangan untuk membantu pelaporan keuangan dalam proses
pengambilan keputusan yang rasional mengenai investasi dan kredit.
2)
Informasi
yang berguna untuk menilai prospek arus kas. Menyediakan informasi yang berguna
bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya yang membantu dalam
menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen
atau bunga dan pendapatan dari penjualan (arus kas) dimasa depan, penebusan
atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future
cash flow) pada perusahaan. Membantu para pengguna informasi akuntansi dalam
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan.
3)
Mengenai
sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya dan perubahan yang terjadi
didalamnya.
Tujuan pelaporan keuangan berfokus
pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang berguna untuk menilai
prospek arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor.
b.
Tingkat Kedua : Karakteristik Kualitatif dan Unsur-Unsur
Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness),
informasi akuntansi harus memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan
kualitas sekunder. Tentu saja terdapat beberapa kendala untuk mencapai dua
kualitas tersebut.
1)
Karakteristik
Kualitatif
a)
Kualitas Primer
Relevansi dan
keandalan harus melekat pada informasi akuntansi.
i. Relevansi
Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat
perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan
keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak
berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan. Informasi yang
relevan harus memiliki nilai umpan balik
, yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu.
Informasi juga harus memiliki nilai
prediktif yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang.
Selain itu
kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu . Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum
informasi itu kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.
ii. Keandalan (Reliabilitas)
Informasi dianggap andal jika dapat
diverifikasi, netral, disajikan secara tepat serta bebas dari kesalahan
dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi individu-individu
pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual
dari informasi.
Realibilitas
sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau
keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.
a.
Daya Uji : ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen,
dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.
b.
Ketepatan penyajian : angka-angka dan penjelasan dalam
laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.
c.
Netralitas: informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan
sekelompok pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak
bias .
b)
Kualitas Sekunder
Kualitas
sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah
keberdayabandingan dan konsistensi.
i.
Keberdayabandingan.
Informasi
akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan
dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan horizontal) atau
membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan
vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.
ii.
Konsistensi.
Sebuah
entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi
apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama
untuk kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.
2)
Unsur-Unsur
Dasar
Unsur-unsur
dasar dalam pelaporan keuangan adalah salah satu aspek penting dalam
pengembangan struktur teoritis.Akuntansi banyak menggunakan istilah yang
memiliki arti khusus yang mana merupakan bahasa bisnis.Unsur-usnsur dasar
pelaporan keuangan ini bertujuan untuk menelaah .
Berikut ini
adalah sepuluh unsur laporan keuangan yang berhubungan langsung dengan
pengukuran kinerja dan status keuangan sebuah perusahaan :
i. Aktiva . Manfaat ekonomi yang mungkin terjadi
dimasa depan , yang memperoleh atau dikendalikan oleh sebuah entitas sebagai
hasil dari transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian masa lalu.
ii. Kewajiban . Pengorbanan ekonomi yang mungkin
terjadi dimasa depan , yang timbul oleh transaksi atau kejadian masa lalu untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa
kepada entitas – entitas lain dimasa depan.
iii. Ekuitas. Kepentingan residu dalam aktiva sebuah
entitas, setelah dikurangi dengan kewajibannya . Dalam sebuah entitas bisnis ,
ekuitas merupakan kepentingan kepemilikan.
iv. Ivestasi Oleh Pemilik. Kenaikan aktiva
bersih oleh perusahaan yang ditimbulkan oleh transfer sesuatu yang bernilai
dari entitas lain kepada perusahaan tersebut untuk mendapatkan atau menaikkan
kepentingan kepemilikan didalamnya.Aktiva yang paling umum diterima sebagai
investasi oleh pemilik, namun bias meliputi asa atau konversi kewajiban
perusahaan.
v. Distribusi Kepada Pemilik. Penurunan aktiva
bersih sebuah perusahaan yang diakibatkan oleh pemindahan aktiva , penyediaan
jasa ,atau penciptaan kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik.
vi. Laba Komprehensif. Perubahan
ekuitas (aktiva bersih) sebuah entitas selama suatu periode yang diakibatkan
oleh transaksi dan kejadian lain yang bukan bersumber dari pemilik. Termasuk
semua perubahan ekuitas selama suatu periode kecuali perubahan yang diakibatkan
oleh investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
vii. Pendapatan. Arus masuk atau peningkatan lainnya atas
aktiva sebuah entitas atau pelunasan kewajiban selama satu periode dari
pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivtas-aktivitas lain
yang merupakan operasi utama perusahaan.
viii.
Beban. Arus keluar atau
penggunaan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau terjadinya kewajiban selama
satu periode dan pengiriman atau produksi barang , penyediaan jasa , aktivitas
lain yag merupakan operasi utama perusahaan.
ix. Keuntungan. Kenaikan ekuitas sebuah perusahaan yang
ditimbulkan oleh transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang berasal dari
pendapatan atau investasi oleh pemilik.
x. Kerugian. Penurunan ekuitas sebuah perusahaan yang
ditimbulkan oleh transaksi , kejadian dan situasi yang mempengaruhi perusahaan
selama suatu periode kecuali yang berasal dari beban atau distribusi dari
pemilik.
c.
Tingkat Ketiga : Konsep – Konsep Pengakuan dan Pengukuran
Kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang
dipakai untuk mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama.
Konsep-konsep ini menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta
kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh sistem akuntansi.
1) Asumsi-Asumsi Dasar
Asumsi-asumsi menyediakan satu
landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar akuntansi adalah
anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat
dipraktikkan.
i. Asumsi Entitas Ekonomi
Asumsi entitas ekonomi mengandung
arti bahwa aktivitas ekonomi dapat diidentifikasikan dengan pertanggungjawaban
tertentu.Aktifitas bisnis dapat dibedakan dan dipisahkan dengan aktivitas
pemiliknya dan dengan setiap unit bisnis lainnya.
Akuntansi memandang bahwa perusahaan
merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki
kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).
ii. Asumsi Kelangsungan Hidup
Perusahaan bisnis akan memiliki unsur yang
panjang.Meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki
kelangsungan hidup yang panjang untuk memenuhi tujuan dan komitmennya. Asumsi
ini mengandung arti bahwa setiap perusahaan akan memiliki umur yang panjang
atau tidak akan dilikuidasi di masa yang akan datang untuk memenuhi tujuan dan
komitmen mereka, meskipun pada kenyataannya umur perusahaan adalah tidak pasti
berapa lama. Asumsi ini berpengrauh terhadap prinsip penilaian atas pos pos
laporan keuangan misalnya aset dimana aset umumnya dinilai dengan menggunakan
prinsip biaya historis daripada menggunakan nilai likuidasi. Asumsi ini tidak
akan berlaku jika suatu entitas usaha didirikan dengan batasan umur yang telah
ditetapkan.
Jika akan
dilikuiditasi maka tidak dapat
menerapkan prinsip biaya historis.
iii. Asumsi Unit Moneter
Bahwa uang adalah denominator umum dari aktivitas
ekonomi dan merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi
dan paling efektif untuk menunjukkan
kepada pihak berkepentingan tentang perubahan modal serta pertukaran
barang dan jasa.Unit moneter merupakan unit yang sederhana, relevan, tersedia
secara universal , apat dipahami dan berguna.
Akuntansi menggunakan unit moneter
sebagai alat pengukur suatu obyek atau aktivitas perusahaan dan menganggap
nilai uang adalah stabil dari waktu ke waktu.
iv. Asumsi Periodisitas
Cara yang paling akurat untuk
mengukur hasil operasi perusahaan adalah dengan mengukurnya pada saat
perusahaan tersebut di likuidasi. Namun, pengambil keputusan tidak bisa
menunggu selama itu untuk menerima informasi semacam itu. Asumsi periodisitas
atau periode waktu menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat
di pisahkan dalam periode waktu artifisial periode waktu ini bervariasi, tetapi
yang paling umum yaitu secara bulanan, kuartalan.
Menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi
sebuah perusahaan dapat dipisahkan kedalam periode waktu artifisial.
2) Prinsip-Prinsip Akuntansi
i.
Prinsip
Biaya Historis
GAAP mewajibkan sebagian besar
aktiva dan kewajiban diperlakukan dan dilaporkan berdasarkan harga
akuisisi. Biaya (cost) memiliki keunggulan yang penting dibandingkan
penilaian yang lainnya yaitu dapat diandalkan.
prinsip ini menghendaki digunakannya harga perolehan
dalam mencatat aktiva, utang, modal dan biaya. Yang dimaksud dengan harga
perolehan adalah harga pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak yang
tersangkut dalam transaksi.
ii.
Prinsip
Pengakuan Pendapatan
Pendapatan umumnya diakui jika (1)
telah direalisasi atau dapat direalisasikan dan (2) telah dihasilkan.
iii.
Prinsip
Penandingan
Beban untuk suatu periode
ditentukan dengan mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau dengan periode
tertentu.. Beban diakui :
a.
Jika
terdapat hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau
penyerahan jasa,
b.
Pada periode
terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat hub. Langsung
atau sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa,
c.
Dengan
alokasi yang sistematis dan rasional, jika butir 1 dan 2 tidak terpenuhi.
Contoh: depresiasi.
iv.
Prinsip
Pengungkapan Penuh
Mengakui sifat dan jumlah informasi
yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan trade off penilaian,
seperti :
a. Hal-hal yang harus diungkapkan
secara terinci karena mempengaruhi keputusan pemakai
b. Kebutuhan untuk menyajikan secara
penuh agar informasi dapat dipahami.
c. Catatan atas laporan keuangan
umumnya ditujukan untuk memperkuat atau memperjelas pos-pos yang disajikan
dalam bagian utama laporan keuangan dan tahunan.
3) Kendala-Kendala
i.
Hubungan
Biaya Manfaat
Pemakai
mengasumsikan bahwa informasi adalah komoditas bebas biaya. Pembuat dan
penyedia informasi akuntansi mengetahui bahwa hal itu salah.Biaya penyediaan
informasi harus ditimbang terhadap manfaat yang bias diperoleh dari pemakaian
informasi.
Untuk
menghasilkan informasi yang relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten
dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah
diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi masalah.
ii.
Materialitas
Berhubungan
dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara
keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian
item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan
keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus
dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau tidak.
iii.
Praktek
Industri
Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan
terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.
iv.
Konservatisme
Berarti
jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya dalam
menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi. Tujuan dari
konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang
paling rasional dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan
aktiva bersih yang terlalu tinggi.
2. KERANGKA KERJA
KONSEPTUAL IFRS
Standar Pelaporan Keuangan
Internasional (IFRS) adalah Standar berbasis prinsip, Interpretasi dan Kerangka
(1989) diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB).
Banyak standar membentuk bagian dari
IFRS dikenal dengan nama lama dari Standar Akuntansi Internasional (IAS). IAS
yang diterbitkan antara tahun 1973 dan 2001 oleh Dewan Standar Akuntansi
Internasional Committee (IASC). Pada tanggal 1 April 2001, IASB baru mengambil
alih dari IASC tanggung jawab untuk menetapkan Standar Akuntansi Internasional.
Selama pertemuan pertama Dewan baru diadopsi IAS dan SICs. IASB terus
mengembangkan standar memanggil standar IFRS baru.
a. Tingkat Pertama :
Tujuan Pelaporan Keuangan
Menurut perspektif IFRS menyatakan bahwa pelaporan
keuangan “untuk memberikan informasi keuangan tentang entitas penyusun” yang
berguna untuk investor dan investor potensial, pemberi pinjaman dan
kreditur lainnya dalam membuat keputusan
tentang penyediaan sumberdaya untuk entitas.Mendefinisikan informasi keuangan
sebagai “informasi tentang posisi
keuangan,kinerja keuangan dan arus kas” dan menunjukkan “ hasil dari tugas
penyelenggaraan manajemen sumber daya dipercayakan kepadanya.
Berikut ini
adalah tujuan pelaporan keuangan perspektif IFRS, yaitu :
1)
Informasi
Keuangan yang Beguna Untuk Membuat Keputusan
Pegguna laporan
keuangan merupakan investor , karyawan
,pemberi pinjaman , pemasok dan kreditur, pelanggan, pemerintah, masyarakat dan
berguna untuk pengambilan keputusan.
2)
Posisi
Keuangan , Kinerja dan Arus Kas
Untuk memenuhi
kebutuhan , informasi yang berorientasi pada ,pengguna, laporan keuangan
berisikan pernyataan dan catatan berikut seperti yang dipersyaratkan oleh IAS 1
:
i. Neraca pada
akhir periode
ii. Laporan laba
rugi dan pendapatan komprehensif lain ( atau laporan pendapatan termasuk
laporan laba rugi) untuk suatu periode.
iii. Laporan
perubahan ekuitas
iv. Laporan arus kas
v. Catatan atas
laporan keuangan , yang terdiri dari ringkasan kebijakan akuntansi dan
informasi penjelasan lainnya
vi. Laporan posisi
keuangan pada awal periode komparatif .
3)
Dasar
Akrual Akuntansi
Menggambarkan
pengaruh transaksi dan peristiwa lain dan keadaan sumber daya pelaporan entitas
ekonomi dan klaim pada periode dimana efek tersebut terjadi, meskipun
penerimaan dan pembayaran kas terjadi dalam periode yang berbeda.
4)
Asumsi
yang Mendasari – Kelangsungan Usaha
Kelangsungan
usaha mengasumsikan bahwa suatu entitas akan beroperasi dimasa mendatang dan
tidak memiliki intensi maupun kebutuhan untuk dilikuidasi atau mengurangi
secara material skala operasinya.
b. Tingkat Kedua :
Karakteristik Kualitatif dan Unsur-Unsur
Untuk memenuhi
tujuan menyediakan informasi yang
berorientasi pada pengguna, laporan keuangan harus memiliki karakteristik
kualitatif yang memadai.
Berikut ini
kerangka kerja konseptual menetapkan dua karakteristik kualitatif fundamental
dan empat karakteristik kualitatif , yaitu:
1)
Karakteristik
fundamental
Informasi harus
disajikan secara relevan dan jujur maka dari itu akan diperoleh keputusan yang
baik dan tepat.
a)
Relevansi
Informasi
keuangan yang relevan mampu membuat perbedaan dalam keputusan yang dibuat oleh
pengguna.Informasi keuanga mampu membuat perbedaan dalam keputusan jika
memiliki nilai prediksi , nilai konfirmasi atau keduanya.
i.
Nilai
prediktif
Informasi
keuangan memiliki nilai prediktif jika dapat digunakan sebagai masukan bagi
proses yang digunakan oleh pengguna untuk memprediksi hasil masa depan.
ii.
Nilai
Konfirmasi
Informasi
keuangan memiliki nilai konfirmasi jika memberikan umpan balik tentang evaluasi
sebelumnya, termasuk menegaskan atau mengubah evaluasi.
b)
Penyajian
jujur
Penggambaran
secara apa adanya fenomena ekonomi dalam laporan keuangan , kerangka konseptual
menjelaskan bahwa , untuk menjadi bermanfaat
maka informasi keuangan tidak hanya menyajikan fenomena yang relevan
tapi kejujuran dalam menyajikannya juga sangat diperlukan. Oeh karena itu
informasi keuangan harus lengkap, netral
dan bebas dari kesalahan.
2)
Karakteristik
kualitatif
Karakteristik
kualitatif membantu menentukan manakah dari dua cara yang harus digunakan untuk
digunakan untuk menggambarkan fenomena
jika keduanya dianggap sama-sama relevan dan disajikan dengan jujur.
Yang termasuk
karakteristik kualitatif yaitu:
i. Komparatif /
Komparabilitas
Keputusan
pengguna meliputi pemilihan beberapa alternatif , seperti menjual atau memiliki
investasi atau berinvestasi disalah satu entitas pelaporan yang lain.
ii. Dapat
diverifikasi/ dapat dibuktikan
Informasi yang
dapat dibuktikan akan meyakinkan pengguna mengenai keakuratan.
iii. Ketepatan Waktu
Informasi yang
jujur dan relevan tidak berguna apabila disajikan secara tidak tepat waktu.
iv. Dapat dipahami
Untuk memberikan
penjelasan kepada pengguna dan memenuhi kebutuhan mereka , informasi keuangan
harus mudahdipahami oleh mereka.
3)
Unsur-Unsur
Laporan Keuangan
i. Elemen untuk
posisi keuangan (dalam Neraca)
Aset dan
Liabilitas mengharuskan keduanya sebagai akibat peristiwa masa lalu dan
melibatkan aliran manfaat ekonomi.Akibat dari peristiwa masa lalu bertepatan
dengan dasar akrual transaksi akuntansi dan mengecualikan transaksi maupun
peristiwa yang tidak diperkirakan akan terjadi dimasa depan.Manfaat ekonomi
atau sumber daya terpengaruh dengan
berbagai cara.
a.
Aset
Sumberdaya yang dikendalikan oleh
entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu dan dihrapkan darinya akan mengalir
manfaat ekonomi masa depan kepada entitas.
b.
Liabilitas
kewajiban kini dari entitas yang
timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diperkirakan berakibat
pada arus keluar dari entitas berupa sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi.
c.
Ekuitas
Ekuitas versu
Modal . Dimana ekuitas adalah sisa, yang terdiri dari modal saham saldo laba
dan cadangan lainnya.ekuitas dapat disamakan dengan modal , tapi entitas juga
dapat menentukan lingkup modal yang luas
atau lebih sempit untuk tujuan manajemen.
ii. Elemen untuk
kinerja keuangan (dalam laporan laba rugi)
Kinerja suatu entitas
sering dievaluasi dalam hall aba, yaitu penghasilan dikurangi beban. Beban
merupakan alat ukur kinerja dan juga dapat menjadi dasar untuk ukuran-ukuran
lain, termasuk peminvestasi , pengembalian ekuitas, atau laba persaham.
a.
Penghasilan.
kenaikan manfaat ekonomis selama periode akuntansi dalam bentuk aliran masuk
atau peningkatan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas, selain yng berkaitan dengan kontribusi dari pemilik ekuitas.
b.
Beban.
penurunan manfaat ekonomis selama periode
akuntansi dalam bentuk aliran keluar atau pengurangan aset atau timbulnya
kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas, selain yang berkaitan dengan
distribusi kepada pemilik ekuitas.
d. Tingkat Ketiga :
Konsep – Konsep Pengakuan dan Pengukuran
1)
Pengakuan
Atas Elemen Laporan Keuangan
a)
Kriteria
Pengakuan
i. Probabilitas
Manfaat EKonomi di Masa Depan
Konsep
probabilitas mengacu pada tingkat ketidak pastian bahwa manfaat ekonomi masa
depan yang terkait dengan asset tersebut akan masuk atau keluar dari entitas.
ii. Keandalan
Pengukuran
Apakah biaya
atau nilai item tersebut dapat diukur dengan keandalan.
iii. Penerapan
Kriteria Pengakuan atas beberapa elemen
a.
Aset
diakui dalam neraca bila kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan akan
mengalir ke entitas dan asset memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur
dengan modal.
b.
Liabilitas
diakui dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa aliran keluar sumberdaya yang
memiliki manfaat ekonomi akan timbul dari penyelesaian kewajiban kini dan
jumlah penyelesaian yang berlangsung danpat diukur dengan modal.
c.
Penghasilan
diakui di laporan laba rugi .
d.
Beban
diakui di laporan laba rugi
2)
Pengukuran
Elemen Laporan Keuangan
a)
Biaya
Historis
Aset dicatat
sebesar nilai jumlah kas setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar pembayaran
yang diberikan untuk mengakuisisi asset tersebut pada saat akuisisi .Liabilitas
dicatat sebesar jumlah uang yang diterima sebagai pertukaran untuk liabilitas
atau dalam beberapa keadaan(missal, pajak penghasilan) sejumlah kas atau setara
kas yang diperkirakan akan dibayar untuk memenuhi liabilitas dalam kondisi
bisnis normal.
b)
Nilai
Realisasi
Aset dibayar
sejumlah kas atau setara kas yang harus saat ini bias diperoleh dengan menjual
asset dalam proses penjualan yang teratur. Liabilitas disajikan sebesar nilai
penyelesaian , jumlah kas atau setara kas yang tidak didiskontokan yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam kegiatan bisnis .
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual(harga jual neto)
c)
Nilai
Kini
Aset dicatat
nilai diskonto kini dari arus kas neto masa depan yang diharapkan akan
dihasilkan dari asset tersebut dalam
kegiatan usaha normal.Liabilitas dicatat sebesar sebesar nilai terdiskonto kini
dari arus kas neto masa depan yang diharapkan akan diperlukan untuk
menyelesaikan liabilitas dalam bisnis normal. IFRS tertentu mendefinisikan
“nilai penggunaan”
.
3)
Konsep
Modal dan Pemeliharaan Modal
Kerangka yang
menjelaskan tentang konsep modal dan pemeliharaan modal menjelaskan bahwa
pengakuan dan pengukuran penghasilan dan beban , dan karenanya keuntungan,
sebagian bergantung pada :
a)
Konsep
modal termasuk konsep keuangan modal dan konsep fisik modal .
i. Sebuah konsep
keuangan modal menyiratkan bahwa modal, seperti uang yang diinvestasikan atau
daya beli yang diinvestasikan , serupa dengan asset neto atau ekuitas entitas.
ii. Sebuah konsep
modal fisik menyiratkan bahwa modal dianggap sebagai kapasitas produktif dari
entitas yang didasarkan pada , missal unit keluaran perhari.
b)
Untuk
konsep pemeliharaan modal untuk menghasilkan keuntungan. Keduanya berkorelasi dengan
konsep pemeliharaan modal. Konsep pemeliharaan modal adalah :
i. Pemeliharaan
modal keuangan menyiratkan bahwa keuntungan atau kerugian terjadi anya jika
jumlah finansial ( uang) asset neto entitas dari satu periode keperiode lain
dipertahankan (dan setelah distribusi
untuk atau kontribusi dari pemilik).
ii. Pemeliharaan
modal fisik menyiratkan bahwa keuntungan atau kerugian hanya jika kapasitas produktif fisik (atau
kemampuan operasi) dari suatu entitas
dari suatu periode keperiode lain dipertahankan (dan setelah distribusi atau
kontribusidari pemilik).
3. PERBEDAAN KERANGKA
KERJA KONSEPTUAL US GAAP VS IFRS
a.
Tingkat Pertama : Tujuan Pelaporan Keungan
US GAAP
|
IFRS
|
|
|
|
|
|
Tujuan laporan keuangan pada
dasarnya tidak jauh berbeda yaitu untuk menyediakan informasi mengenai posisi
suatu perusahaan. Di sini untuk US GAAP digunakan oleh pihak internal,
sedangkan untuk yang IFRS digunakan oleh pihak eksternal.
Berdasarkan US GAAP menyediakan
informasi pelaporan keuangan mengenai investasi, kredit, dan sumberdaya manusia
sedangkan menurut IFRS menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan serta
mengutamakan posisi,
pengguna laporan keuangan mulai dari penyusunan laporan keuangan hingga
anggota-anggota yang membutuhkan laporan keuangan.Dalam penyajiannya IFRS
memang lebih detail .
b.
Tingkat Kedua : Karakteristik Kualitatif dan Unsr-Unsur
Karakteristik Kualitatif
US GAAP
|
IFRS
|
Relevan – terdiri dari:
|
Relevan – terdiri dari:
|
Dapat dipercaya – terdiri
dari:
|
Dapat dipercaya – terdiri
dari:
|
Dapat dibandingkan
|
Dapat dibandingkan
|
Konsisten
|
Berdasarkan uraian dan table yang telah diuraikan mengenai “Relevan” menunjukkan bahwa IFRS lebih
mengarah pada suatu kepastian, dan laporan keuangan yang seperti itulah yang
diinginkan. Dengan penyajian yang jujur, lengkap, netral dan bebas kesalahan
akan memberikan suatu kepastian, beda dengan US GAAP yang yang menggunakan
dasar di cek ulang akan laporan keuangan yang kita buat.
Selanjutnya
mengenai Reliabilitas bisa dilihat dalam relevan, bila IFRS lebih unggul
karena dapat dipertanggungjawabkan
keakuratannya , itu tidak lepas dengan proses yang rumit. Oleh karena itu
mengenai reliabilitas, US GAAP lebih sederhana tanpa melalui proses yang rumit.
Element Laporan Keuangan
US GAAP
|
IFRS
|
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Investasi pemilik
Distribusi kepada pemilik
Laba komprehensif
Pendapatan
Keuntungan
Beban
Kerugian
|
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Pemeliharaan modal
(diperoleh dari revaluasi asset dan kewajiban)
Laba (Pendapatan dan keuntungan)
Beban (beban dan kerugian)
|
c. Tingkat Ketiga :
Konsep-Konsep Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan
dan pengukuran – Asumsi dasar
US GAAP
|
IFRS
|
|
|
Pengakuan
dan pengukuran – Prinsip
US GAAP
|
IFRS
|
|
|
Pengakuan
dan pengukuran – Kendala
US GAAP
|
IFRS
|
1. Biaya dan manfaat
2. Materialitas
3. Praktik Industri
4. Konservatisme
|
|
4.
PERBEDAAN KONSEP US GAAP, IFRS DAN SAK
Kerangka
konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini sebagaimana yang
diadopsi dalam buku ajar di kampus-kampus adalah kerangka konseptual
berdasarkan USGAAP. Sejalan dengan konvergensi International Financial
Reporting Standar (IFRS) kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),
mau tidak mau kita harus merubah mindset kita mengikuti kerangka konseptual
IFRS tersebut.
US GAAP
menggunakan prinsip laba/rugi yang konservatif sedangkan IFRS menggunakan
prinsip laba rugi yang komprehensif
Berdasarkan
laporan laba rugi US GAAP, terdapat perbedaan antara penghasilan terealisasi
dari transaksi dan biaya histories yang terjadi dalam periode waktu, dengan
prinsip akrual, prinsip realisasi dan prinsip penandingan yang sudah diakui
oleh banyak studi empiris.
Namun dengan
perkembangan ekonomi, bermunculannya perusahaan perusahaan multinasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat prinsip-prinsip dalam US
GAAP terlalu konservatif untuk mengevaluasi suatu operasi perusahaan dan biaya
histories sudah tidak dapat menggambarkan keadaan asset suatu perusahaan
sebenarnya.
Oleh karena itu
muncul solusi baru untuk mengikuti perkembangan berbagai hal yang menuntut arus
informasi yang berkualitas berupa konsep laba rugi komprehensif yang dapat
menjawab semua pertanyaan tersebut.
Dengan
berkembangnya perekonomia, ilmu dan teknologi, serta perkembangan kebutuhan
informasi bagi stakeholder perusahaan maka laporan laba/rugi yang sudah diakui
secara general dirasa kurang relevan untuk memenuhi arus informasi keuangan.
Oleh karena itu ada sebuah konsep yang ditawarkan oleh IASB berupa laporan laba
rugi komprehensif yang dirasa dapat lebih memberikan gambaran secara menyeluruh
terhadap stakeholder.
Seiring
berjalannya waktu IASB dengan International Financial Reporting Standards
dimana di dalamnya terdapat konsep laba/rugi komprehensif yang nantinya akan
menggantikan laba/rugi konsep GAAP sudah mulai diakui secara internasional.
1.
Perkembangan Konvergensi PSAK ke IFRS
Sesuai dengan
roadmap konvergensi PSAK ke IFRS (International Financial Reporting
Standart) maka saat ini Indonesia telah memasuki tahap persiapan akhir
(2011) setelah sebelumnya melalui tahap adopsi (2008 – 2010). Hanya setahun
saja IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menargetkan tahap persiapan akhir ini,
karena setelah itu resmi per 1 Januari 2012 Indonesia menerapkan IFRS.
Berikut
konvergensi PSAK ke IFRS yang direncanakan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan(DSAK) IAI:
Tahap
Adopsi (2008-2010)
|
Tahap
Persiapan Akhir (2008-2010)
|
Tahap
Implementasi (2008-2010)
|
1.
Adopsi seluruh IFRS ke PSAK
|
1.
Penyelesaian persiapan Infrastruktur yang diperlukan
|
1.
Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap
|
2.
Persiapan infrastruktur yang diperlukan
|
2.
Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis
IFRSa
|
2.
Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif
|
3.
Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang
berlaku
|
|
|
2. Perbandingan
PSAK dengan IFRS
Jika kita
bandingkan antara semua standar akuntansi yang dimiliki Indonesia dengan IFRS,
dengan jelas kita temukan perbedaan kuantitas sebagai berikut:
PSAK
|
IFRS
|
43 Standart (PSAK)
|
37 Standart
|
8 Syari’ah Standart
|
8 IFRS
|
11 Interpretation (ISAK)
|
29 IAS
|
4 Tecnical Bulletins
|
27 Interpretations
|
1 SAK ETAP (Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik/UKM)
|
16 IFRIC Interpretation
|
11 SIC
|
Di Indonesia
juga masih terdapat Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang masih mengacu pada
PSAK lama. Kemungkinan besar setelah konvergensi PSAK ke IFRS akan menyusul
perubahan pada SAP.
Tidak semua
standar IFRS tersebut diatas dicontek habis dan dirubah menjadi PSAK, itulah
mengapa IAI memilih konvergensi dari para adaption dan adoption.
Sedikit gambaran saja untuk membedakan ketiga istilah tersebut saya jelaskan
dalam tabel berikut:
Perbedaan
|
Adaption
|
Convergence
|
Full
Adoption
|
Arti harafiah
|
Adaptasi/Penyelarasan
|
Pertemuan pada suatu titik
|
Adopsi/pemakaian
|
Standart akuntansi
|
Membuat standar yang benar benar
baru
|
Membuat standar baru dengan
mempertimbangkan keadaan yang berlaku
|
Mentranslet standar lama menjadi
standar baru
|
Contoh negara
|
Indonesia sebelum IFRS
|
Indonesia setelah 2012
|
Australia, Hongkong
|
2.1 Ada tiga
perbedaan mendasar
IFRS Convergence
telah membawa dunia accounting ke level baru, yaitu:
- PSAK yang semula berdasarkan Historical Cost mengubah paradigmanya menjadi Fair Value based.
Terdapat
kewajiban dalam pencatatan pembukuan mengenai penilaian kembali keakuratan
berdasarkan nilai kini atas suatu aset, liabilitas dan ekuitas. Fair Value
based mendominasi perubahan-perubahan di PSAK untuk konvergensi ke IFRS selain
hal-hal lainnya. Sebagai contoh perlunya di lakukan penilaian kembali suatu
aset, apakah terdapat penurunan nilai atas suatu aset pada suatu tanggal
pelaporan. Hal ini untuk memberikan keakuratan atas suatuatas suatu laporan
keuangan.
- PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana USGAAP) berubah menjadi Prinsiple Based.
Apa
itu Rule Based?
Rule
based adalah manakala segala sesuatu menjadi jelas diatur batasan
batasannya. Sebagai contoh adalah manakala sesuatu materiality ditentukan
misalkan diatas 75% dianggap material dan ketentuan-ketentuan jelas
lainnya.
Apa
itu Prinsiple Based?
IFRS menganut
prinsip prinsiple based dimana yang diatur dalam PSAK update untuk
mengadopsi IFRS adalah prinsip-prinsip yang dapat dijadikan bahan pertimbagan
Akuntan / Management perusahaan sebagai dasar acuan untuk kebijakan akuntansi
perusahaan.
- Pemutakhiran (Update) PSAK untuk memunculkan transparansi dimana laporan yang dikeluarkan untuk eksternal harus cukup memiliki kedekatan fakta dengan laporan internal. Pihak perusahaan harus mengeluarkan pengungkapan pengungkapan (disclosures) penting dan signifikan sehingga para pihak pembaca laporan yang dikeluarkan ke eksternal benar-benar dapat menganalisa perusahaan dengan fakta yang lebih baik.
2.2 Perbedaan
Spesifik antara IFRS dengan US GAAP
Perbedaan
terbesar antara US GAAP dan IFRS adalah bahwa keseluruhan menyediakan kurang
detail. panduan tentang pengakuan pendapatan, misalnya, secara signifikan lebih
kecil dari GAAP luas. IFRS juga mengandung relatif sedikit instruksi spesifik
industri.
Karena proyek
yang sudah berjalan lama konvergensi antara IASB dan FASB, sejauh mana
perbedaan spesifik antara IFRS dan GAAP telah mengecil.. Namun perbedaan yang
signifikan lakukan tetap, paling salah satu dari yang dapat menghasilkan hasil
yang dilaporkan sangat berbeda, tergantung pada perusahaan industri dan
individu fakta-fakta dan keadaan.
Contoh:
- IFRS tidak mengizinkan Last In, First Out (LIFO).
- IFRS menggunakan metode langkah tunggal untuk write-downs kerusakan daripada langkah kedua metode yang digunakan dalam US GAAP, membuat write-downs lebih mungkin.
- IFRS memiliki batas probabilitas yang berbeda dan pengukuran objektif untuk kemungkinan.
- IFRS tidak mengizinkan utang untuk pelanggaran perjanjian yang telah terjadi harus diklasifikasikan sebagai non-arus pengabaian kecuali kreditur diperoleh sebelum tanggal neraca.
Kerangka
konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini sebagaimana yang
diadopsi dalam buku ajar di kampus-kampus adalah kerangka konseptual
berdasarkan USGAAP. Sejalan dengan konvergensi International Financial
Reporting Standar (IFRS) kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),
mau tidak mau kita harus merubah mindset kita mengikuti kerangka konseptual
IFRS tersebut.
Ada beberapa
perbedaan dasar antara kedua standar tersebut sebagaimana dijelaskan dalam
tabel-tabel dibawah ini. Pada dasarnya batang tubuh kerangka konseptual
tersebut masih sama, yaitu level 1: tujuan laporan keuangan, level 2:
karakteristik kualitatif dan element laporan keuangan, dan level 3: Asumsi
dasar, Prinsip dan kendala.
DAFTAR PUSTAKA
Kieso,
Donald E. dkk. 2007 . Akuntansi Intermediate. Jilid 1.Yogyakarta:
Erlangga.
Lam, Nelson.
Peter Lau. 2014 . Akuntansi Keuangan
Intermediate Financial Reporting Perspektif IFRS. Jakarta : Salemba Empat.
http://yuukichan-lovelypink.blogspot.com/2012/03/kerangka-konseptual-untuk-akuntansi-dan.html
http://rzmapuspita.blogspot.com/2012/10/kerangka-kerja-konseptual-yang.html
http://auditme-post.blogspot.com/2008/09/pengakuan-unsur-unsur-laporan-keuangan.html
http://akuntansibisnis.wordpress.com/2011/04/07/perbedaan-kerangkakonseptual-usgaap-dan-ifrs/
cieee mumet
BalasHapus